Dalam kegiatan dialogue yang diadakan oleh Penggiat Kresek (25/01) di Taman Sehati, Wibawamukti dengan tema, “Gelandangan di Kampung Sendiri”. Yang di hadiri oleh beberapa Narasumber
1. H. Aziz Ketua Baznas Kabupaten Bekasi
2. Kiayi Mahmudin DMI Kabupaten Bekasi
3. Iswandi Ishan Dewan Kesenian Kabupaten Bekasi

Iswandi Ishan Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bekasi memaparkan, “Bagaimana gelandangan di kampung sendiri bisa terjadi? Karena kurang silaturahmi antar stakeholder, kurangnya waktu untuk bersama sehingga yang malah berkembang adalah fitnah. Susahnya informasi yang akurat. Dan kemudian belum adanya sebuah tempat untuk mengadu”, dalam sambutannya.
Seorang audiens yang diketahui bernama Bang Arman bocah asli Bekasi bertanya kepada narasumber, “Menurut saya gelandangan itu sama halnya gembel, kere, miskin, dan menurut saya miskin itu general, tidak cuman miskin secara materi banyak hal yang lainnya juga, miskin akal, miskin pikiran, miskin pemahaman, miskin pendidikan, miskin kebudayaan dan lain sebagainya. Dan orang miskin itu harus dibudayakan, karena menurut saya tidak akan ada orang kaya kalo ga ada orang miskin”, tegasnya.
Lalu Bang Arman bertanya soal miskin kebudayaan menurutnya Bekasi itu minim identitas, atau ikon yang menggambarkan tentang jati diri Bekasi itu sendiri. Contohnya Maikarta, gedung-gedung dan lain-lain, apakah ada aspek-aspek atau ciri dari seni atau kebudayaan Bekasi itu sendiri?Kalau tidak ada bagaimana langkah kita, identitas Bekasi, seni dan kebudayaan Bekasi itu muncul kepermukaan dan dikenal oleh orang-orang banyak?
Iswandi menjawab, “Merasa cape dengan segala macam problematika Kabupaten Bekasi dan saya lebih baik jadi penonton saja”.
Lalu di sanggah kembali, “Kalo pernyataan Abang Iswandi tadi bilang, Abang udah cape pengen jadi penonton aja karena beberapa faktor tadi. Udah gelar aja musyawarah bang, masih banyak orang-orang yang peduli bang. Biar mereka yang meneruskan perjuangan abang ke Dewan Kesenian Kabupaten Bekasi”, pungkasnya. (AR)