Tak bisa dipungkiri bahwa Kab. Bekasi merupakan kota metropolitan kedua setelah Jakarta. Karena disini kaya sekali akan adat, budaya, suku, bahasa, dan kawasan industri dengan masyarakat yang heterogennya. Namun peribahasa “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Refleksi bagi para perantau. Berawal dari keresahan-keresahan itu maka diadakan diskusi publik sambil ngopi santuy dengan topik, “Seni Budaya Ala Milenial”.
Forum terbuka tersebut dihadiri oleh Kang Rian Hamzah yaitu seorang Seniman dan Pegiat Literasi. Selain itu dihadiri oleh pemuda-pemudi Kab. Bekasi, Mahasiswa STEBI Global Mulia, STIE Pertiwi, Kresek dan tamu undangan lainnya. Dalam acara tersebut diawali dengan senyum salam dan sapa.
Bagaimana caranya sebagai seorang milenial atau Generasi Y ini lebih menghargai seni budaya Kab. Bekasi agar tidak hilang bahkan sampai punah, tanya Sunandar Mahasiswa STEBI Global Mulia.
Gen Y atau milenial (1981-1995) harus mampu mengkolaborasikan inovasi dengan para orang tua. Jika orang tua dengan pengalaman dan gagasannya dan kaum milenial dengan kemampuannya mengontrol teknologi, kata Kang Rian.
Arman seorang tokoh Pemuda asli Kab. Bekasi juga turut meramaikan forum dengan sebuah pertanyaan yang merasa kebingunan tentang jatidiri Kab. Bekasi ini, apa sih?
Tentunya sebuah kebingungan dan keraguan itu semua harus diejawantahkan oleh kaum milenial ini. Karena tanggung jawab bersama walaupun sebenarnya ada pihak yang lebih berwenang dengan kekuasaannya. Namun tidak cukup dengan mengeluh saja buktikan dengan karya kan konsistensi serta jangan malu mengakui bahwa kita orang Kab. Bekasi, jelas Narasumber.
Manto dari Kresek juga ikut memberikan opininya terkait seni dan budaya Kab, Bekasi. Menurutnya di Kab. Bekasi ini adalah tempat orang mencari nafkah bukan sadar bersama-sama mencari jatidiri dengan seni dan budaya Kab. Bekasi. Karena setelah mereka mendapatkan uang, lalu pulang ke kampung halaman membawa gaji dan meninggalkan Kab. Bekasi dengan slip gajinya, ujar anggota Kresek itu.
Ketika kami memberikan autokritik ataupun gagasan kepada pihak yang berkuasa itu hanya masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri. Jadi jangan pernah lelah dalam berbuat kebaikan tetap konsisten tunjukan kritik dengan sebuah karya, pungkasnya Kang Rian.